45 Day’s Learn Like a Chef
This
kitchen is my corner. Sudah sebulan lebih, saya menghabiskan waktu
untuk bekerja disini. Yah, lebih tepatnya saya sudah bekerja selama 45 hari di
sebuah Cafe yang ada di Semarang. Setelah masa kerja di butik habis. Saya
belajar banyak disini, untuk membuat banyak orang bahagia dengan cara yang
sederhana yaitu memasak. Membuat kopi, snack sampai nasi goreng.
Saya
membayangkan warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dan memutuskan
bekerja part time di Cafe itu hebat dan strong. Karena mereka bisa membagi
waktu untuk kuliah dan bekerja atau bahkan memutuskan bekerja agar bisa
traveling ke beberapa penjuru dunia. Dan kisah – kisah dalam film korea dimana
pemeran utamanya harus bekerja keras untuk mengejar impiannya adalah motivasi
yang bisa diambil agar bisa bekerja dengan perasaan yang bahagia dan berbunga –
bunga.
Seorang
teman pernah berkata, bekerja di Cafe itu melelahkan. Yah, mungkin itu benar.
Aktivitas sebelum bekerja dimulai dengan bersih – bersih, memasak nasi, mencuci piring dan gelas – gelas yang kotor,
memasak menu yang dipesan pembeli dan mencuci kembali piring dan gelas – gelas yang
kotor sampai waktu jam pulang tiba.
Ketika
suasana Cafe sepi karena tidak ada satupun pembeli yang datang, tetap saja
harus ada aktivitas yang harus dilakukan agar tidak bosan. Untunglah, ada
koneksi internet yang lancar. Jadi bisa browsing, dengerin musik dan menulis. Bahkan
saya masih bisa bekerja online (jika ada pekerjaan).
45 Hari kerja, Ngapain aja sih?
Tidak
terasa, sudah 45 hari alias satu setengah bulan saya bekerja di Cafe. Bekerja
selama 8 jam sehari dan hampir setiap masih harus pulang Kendal. Harus 2 kali
lebih strong dari kerja di butik, meskipun jarak tempuh lebih dekat. Hanya satu
jam saja dari rumah. Selama ini, saya harus bberadaptasi dengan cuaca yang
kadang sering hujan, menjaga konsisten menulis dan konsisten dengan rasa
masakan agar tidak berubah. Hehehehehehe.
Saya
bersyukur banget, karena banyak orang yang menyukai masakan saya. Masakan yang
special tersebut adalah nasi goreng teri. Meski kadang galau dengan jumlah cabe
dan garam yang harus selalu dijaga agar rasa tidak membuat membeli merasa
kecewa dengan masakan buatan saya.
Tidak ahli, bukan berarti tidak bisa
memasak
Saya
masih ingat saat wawancara kerja, saya pernah ditanya apakah saya bisa memasak.
Saya menjawab, iya saya bisa melakukannya. Meskipun saya tidak ahli, bukan
berarti saya tidak bisa memasak. Saat training, saya berhasil menyelesaikan
tugas memasak dengan waktu yang singkat. Padahal, setiap hari saya jarang
memasak dirumah karena lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan
dijalan.
Jadi,
pekerjaan saya saat ini benar – benar memberikan saya tantangan. Entah berapa
lama saya akan bisa bertahan dengan pekerjaan saya ini. 2 bulan? 3 bulan atau
lebih? Yang terpenting sekarang, jalani saja. Biarkan waktu yang akan menjawab
nanti. Hehehehehe.
Dulu,
saya pernah memiliki pengalaman berharga saat dapat kesempatan memasak bersama
Chef Rudi di Simpang Lima, waktu itu tepat hari ulang tahun saya. Selain itu saya
juga pernah mendapatkan kesempatan untuk ikutan memasak di salah satu acara
Like A Chef Trans 7 episode Cemal – Cemil bersama Kofindo beberapa tahun lalu. Ya
meskipun kami hanya juara 2, saya bersyukur bisa memiliki pengalaman yang
berharga itu. Kalau diingat, rasanya masih kaya mimpi.
"No one is born a great
cook, one learn by doing ~ Julia Child"
Tidak
semua orang lahir dengan kemampuan memasak, yang terpenting adalah learning by
doing. Kalau setiap hari memasak, muungkin suatu hari kemampuan memasak bisa
menjadi lebih baik lagi. Siapa tahu, bisa menjadi bekal untuk membuka usaha,
atau bekal untuk menjadi istri idaman. Amienn.
Extend Job, Ngajar Les Bahasa Inggris
Bekerja
di Cafe itu harus bisa apa saja. Yah, hampir sama kaya bekerja di butik. Sama –
sama butuh energi yang ekstra untuk melakukan pekerjaan. Tapi itu masalah.
Sambil bekerja di Cafe, saya juga menikmati pekerjaan part time saya yang lain.
Setiap 2 kali seminggu, saya harus mengajar les Bahasa Inggris.
Setelah
satu tahun ngga ngajar, sebenarnya saya merasa ragu untuk mengambil kesempatan
ini. Karena kadang saya masih merasa takut kalau diphpin lagi seperti dulu. Sudah
meluangkan waktu untuk mengajar, menyiapkan materi dan menghabiskan uang untuk
beli bensin unjung – ujungnya diphpin. Bersyukur sekarang saya mendapat murid
yang benar – benar mau belajar. Setidaknya jadi motivasi saya agar lebih
semangat bekerja dan belajar lagi untuk sekarang.
Jadi
bekerja di Cafe itu bukan masalah, yang penting bagaimana kamu menikmatinya,
dan merasa bahagia karena orang lain juga merasa bahagia dengan apa yang kamu lakuin
untuk mereka. Apapun pekerjaan yang saya dapatkan sekarang, saya merasa sangat
bersyukur. Yang paling penting, masih bisa menghabiskan waktu untuk menulis
blog disaat waktu luang.
Komentar
Posting Komentar