Dan Ketika Semua Pergi
Setelah dilema antara bertahan dan ditinggalkan, pada akhirnya saya memutuskan untuk menyerah juga. Meskipun ada yang pernah bilang kalau mereka yang menyerah adalah seorang pecundang. Tapi, inilah keputusan yang terbaik.
Untuk apa bertahan untuk sesuatu yang tidak pasti? Maaf, harus menyerah sampai disini, adek sudah lelah bang...
Akhirnya saya lelah dan menyerah dari pekerjaan sebagai tutor. Karena 2 bulan terakhir, saya tidak mendapatkan apa - apa. Gaji juga tidak. Inilah alasan yang membuat saya akhirnya menyerah juga. Padahal hampir setiap hari dituntut untuk berangkat bekerja. Dan satu sisi, 2 orang rekan saya saya sudah berhenti bekerja lebih dulu.
5 bulan menurut saya bukanlah waktu yang singkat untuk belajar. Tapi saya sudah berusaha melakukan yang terbaik.
Setelah berhenti bekerja, saya merasa menjadi orang yang membosankan dan lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Karena tak ada uang, beli kuota internet saja harus menahan diri untuk tidak jajan sampai 3 hari.
Tapi, ada hikmahnya juga berhenti bekerja. Pada akhirnya saya tahu siapa yang masih peduli. Dan saya bersyukur karena masih punya pekerjaan. Blogging, travel dan agen kaos sablon. Meski dapat jajannya tidak pasti, tapi saya bahagia karenanya.
Ketika rekan kerja pergi, semua rasanya berubah. Intensitas ngobrol pun berkurang. Yah mereka sudah punya kesibukan baru, pekerjaan baru dan dunianya sendiri.
Sama seperti saat berkomunitas. Ketika satu - satu anggota komunitasnya pergi. Berharap mereka masih ingat, siapa teman, siapa rekan, siapa sahabat yang dulu pernah dianggap seperti keluarga yang selalu menemani suka dan duka bersama. Mungkin begitulah hukum alam.
Satu hal yang pasti, ketika semua pergi kita harus belajar untuk move on dan memulai cerita yang baru. Bukan berarti belajar untuk melupakan kenangan masa lalu. Ambil sisi positifnya saja. Mungkin sudah saatnya memulai cerita baru.
Fighting, keep strong and don't give up.
Komentar
Posting Komentar