Tantangan Menjadi Travel Blogger










sumber : google

Minggu ini saya sangat senang bisa keluar kota mengunjungi 3 kota di Jawa Tengah dalam waktu 3 hari 2 malam untuk mengeksplore wisata Pantura Barat Jawa Tengah. Tentu ini menjadi pengalaman baru bagi saya, mengunjungi kota – kota di Jawa Tengah yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.


Alhamdulillah, bulan April ini dotsemarang kembali mendapatkan undangan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah untuk berpartisipasi dalam acara Familiarization Tour (FamTrip). Dan ini kali kedua saya ikutan acara FamTrip, untuk mewakili dotsemarang. Senang bisa mendapatkan kesempatan ini.

FamTrip yang saya ikuti sebelumnya berlangsung pada bulan Februari, tepatnya tanggal 15 – 17 Februari. Tempat wisata yang dieksplore adalah beberapa tempat – tempat wisata yang berada di Solo bersama Internasional Student dari beberapa negara.

Selama ikutan acara FamTrip, saya belajar menjadi seorang travel blogger yang kerjaanya jalan – jalan dan menulis beberapa tempat wisata yang saya kunjungi untuk diposting di blog saya sendiri dan tugas liputan yang menanti.

Sejak tahun 2014, travel blogger sangat menarik untuk dibicarakan. Apalagi jika mengikuti perkembangannya. Travel blogger yang sering kali dibicarakan bukanlah blogger biasa yang hanya sekedar jalan – jalan.

Tapi mereka punya sebuah misi untuk mempromosikan tempat wisata yang ada di Indonesia maupun luar negeri yang mereka kunjungi melalui blog dan media sosial. Jalan – jalan gratis dan dibayar pula, bukankah itu sesuatu yang menarik?

Jadi, setelah ikutan FamTrip dan belajar menjadi seorang travel blogger, saya menemukan tantangan baru dari pengalaman yang saya dapatkan. Begini kesimpulannya.

Pertama, Lebih Banyak Mengabadikan Moment (Foto)

Tantangan pertama menjadi seorang travel blogger adalah lebih banyak mengabadikan moment (foto). Karena untuk mendukung cerita yang akan ditulis di blog nantinya. Moment yang diabadikan melalui jepretan itu bukan sekedar foto, tapi menggambarkan keunikan yang ia lihat untuk menarik para pembaca di blog.

Pantas saja, travel blogger itu lebih banyak menggunakan kamera profesional untuk mengabadikan moment tempat wisata yang dikunjungi, karena efeknya hasil jepretannya berkualitas dan lebih menarik, serta lebih seksi. Kan kamera mahal. Hehehe.

Bagaimana dengan kamera smartphone? Jangan berkecil hati dengan hasil jepretan yang didapatkan. Karena kamera smartphone saat ini sudah memiliki kualitas yang mumpuni. Tinggal bagaimana menggunakannya untuk menangkap moment disekitarnya.

Kedua, Lebih Banyak Mengulik Informasi

Selain lebih banyak mengabadikan moment (foto) seorang travel blogger juga harus banyak mengulik informasi tempat yang mereka kunjungi. Informasi tersebut bisa berupa kapan sejarah tempat wisata itu sendiri dan perkembangannya, hubungan dengan sejarah daerah setempat, kelebihan dan keunikan, dan tingkat kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik.

Karena, lebih banyak informasi yang didapatkan akan memberikan dampak yang powerful pada tulisan yang akan dipublikasikan lewat blog nantinya.

Ada pepatah mengatakan malu bertanya sesat dijalan. Nah, jika kita tidak banyak bertanya dan mencari informasi tempat yang kita kunjungi, maka kita sendiri yang akan menyesal. Kenapa? Karena informasi yang didapat dari guide atau pengelola tempat wisata setempat secara langsung, belum tentu bisa kita temukkan di laman google.

Ketiga, Siaga Sinyal Alternatif untuk Internetan

Ketika kita mengunjungi sebuah kota tujuan traveling, pernah ngga sih merasa galau karena ngga ada sinyal? Ngga bisa update status dan upload hasil jepretan? Mungkin pernah dong merasakan hal yang satu ini.

Ngomongin galau soal sinyal, saya pun pernah merasakannya. Disitu saya merasa galau. Padahal tugas reportase sudah menanti. Efek ngga adan sinyal jadi ngga bisa update status dan kirim email. Lalu bagaimana solusinya?

Supaya ngga galau karena sinyal saat traveling, ada baiknya cari tahu sinyal yang paling bagus di kota tujuan travelling. Misalnya provider A atau B. Jika sudah tahu sinyal yang paling stabil, maka andapun biasa siaga sinyal  alternatif untuk internetan alias menyiapkan kartu cadangan untuk smartpone. 

Kalau ngga dapat sinyal, kitanya sendiri yang repot. Mau ngeluh sama tetangga, belum tentu tetangga akan membantu memberikan solusi atau wifi gratis. 

Jika tulisan saya ini ngga nyambung, mungkin karena tulisan saya ini sudah panjang dan sudah mulai bosan ceritanya. Maklum saja, efek kopi buat nemani nulis sudah habis. Dan harus tidur lagi karena harus bangun pagi. Hehehe.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Acer Day Roadshow di Semarang

Book Review : School Nurse Ahn Eunyoung (ENG)